Salju

Daun Berjatuhan

Selamat Datang

Selamat Datang di Danny's Blog. Semoga bermanfaat......

Like

Tuesday, November 25, 2014

AKU DAN IMPIANKU



“EVERYTHING IS KNOWLEDGE”

            Pada saat masih duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyyah, dimana melihat kehidupanku yang dahulu, sekitar beberapa abad yang lalu, dimana aku diperkenalkan dan diajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan oleh guru, baik ilmu pengetahuan umum maupun ilmu pengetahuan agama. Yang mana itu membuatku merasa senang. Lambat laun, aku semakin merasa haus akan  ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan agama. Tetapi pada waktu itu aku belum begitu paham akan hakikat pentingnya menimba ilmu, terkhusus ilmu pengetahuan agama itu sendiri. Akupun merasa penasaran akan ilmu pengetahuan agama.
Beberapa tahun kemudian, akupun lulus dari jenjang Madrasah Ibtidaiyyah. Setelah lulus dari jenjang Madrasah Ibtidaiyyah, akupun ingin melanjutkan studiku ke jenjang berikutnya yaitu Madrasah Tsanawiyyah. Karena orang tuaku kuat akan ilmu pengetahuan agama, lantas aku disarankan untuk melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah. Akupun senang dan tiada paksaan didalam hati yang terdalam untuk menimba ilmu disana. Sangat berbeda suasana dan kondisi di jenjang ini, karena disini aku menimba ilmu agama lebih dalam daripada di jenjang sebelumnya. Namun, aku selalu optimis untuk mempelajarinya. Tidak hanya di sekolah/madrasah saja, tetapi diluar sekolah/madrasah pun aku belajar ilmu pengetahuan agama di sebuah surau kecil yang hanya berisikan beberapa orang saja. Atau yang sering kita sebut dengan “Mengaji”. Walaupun demikian keadaannya, aku tetap mencoba istiqomah untuk mempelajari ilmu agama tersebut.
Hari demi hari, ku lewati waktu malamku untuk mengaji ilmu pengetahuan agama. Pada waktu itu akupun lebih memprioritaskan pada ilmu pengetahuan agama, belum fokus pada ilmu pengetahuan lainnya. Walaupun demikian, aku tidak melupakan ilmu yang lainnya. Karena bagiku ilmu itu sangat penting dan berharga. Demi menimba ilmu pengetahuan agama, akupun rela untuk berjalan kaki dari rumah menuju tempat mengaji. Yang pada waktu itu jaraknya sekitar 2 km dari rumah orang tuaku. Tiap malam aku berjalan kaki, menyusuri jalan-jalan sempit yang terkadang tidak ada penerangan cahaya sama sekali. Akupun tidak menghiraukan akan hal itu, karena aku berkeyakinan bahwa tujuan yang baik, pasti nantinya akan dibantu oleh Sang Maha Kuasa. Begitupun sebaliknya, terkadang pula tatkala pulang selesai mengaji, akupun kembali pulang menyusuri jalan-jalan sempit yang gelap itu.
Alhamdulillah, selama kurang lebih 2 tahun, aku telah menjalaninya tanpa ada halangan suatu apapun. Aku sangat bersyukur kepada Allah yang telah memberiku kesempatan, kekuatan, kesehatan bahkan keikhlasan dalam menimba ilmu pengetahuan agama ini. Akupun semakin bersemangat untuk menimba ilmu. Suatu ketika, mungkin karena melihat semangatku dalam mengaji, orang tuaku memberikanku sebuah sepeda yang sederhana. Akupun sedikit terkejut dan merasa senang sekali karena dengan adanya sepeda itu, aku akan lebih ringan dalam perjalananku untuk menimba ilmu. Tiada yang patut aku ucapkan melainkan rasa terima kasihku kepada orang tuaku yang telah mendukungku dengan sepenuh hati didalam menimba ilmu pengetahuan agama. Akupun merasa terharu akan hal itu dan aku benar-benar tidak menyangka bahwa orang tuaku memberikanku sebuah sepeda yang sederhana.
   1 tahun kemudian, akupun lulus dari jenjang Madrasah Tsanawiyyah dan bekeinginan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi, yakni Madrasah Aliyah. Setelah pengumuman kelulusan, aku beserta orang tuaku membicarakan tentang kelanjutan studiku secara bermusyawarah. Orang tuaku sempat bertanya kepadaku tentang perihal ini, tentang kelanjutan studiku. Aku sempat berpikir panjang tentang studiku, berpikir antara melanjutkan studi didalam pondok pesantren atau hanya sekedar sekolah saja. Tanpa berpikir terlalu panjang, akhirnya akupun memutuskan untuk melanjutkan studiku ke pondok pesantren di daerah Kotabumi, Lampung Utara. Akupun menanyakan dan meminta saran kepada orang tuaku. Mereka pun setuju akan ideku, karena mereka mengatakan bahwa akulah yang akan menjalani itu semua, jika ada paksaan dari mereka, maka nantinya itu tidak akan bertahan lama. Setelah bermusyawarah dengan mereka, keesokan harinya, aku beserta ayahku pergi bersilaturrahmi ke rumah guru ngajiku sekaligus berpamitan dan meminta do’a agar diperlancar dalam menimba ilmu di pondok pesantren. Satu pesan yang aku dapat dari guru ngajiku, yaitu kamu beruntung masih mempunyai tekad untuk menimba ilmu di pondok pesantren, kebanyakan dari kita sulit dan enggan untuk menimba ilmu di pondok pesantren. Guru ngajiku pun berkata, “ tekuni, sabar dan jalani apa yang akan kamu alami di pondok pesantren, karena itu tidak lain ni’mat terindah bias berkumpul dengan orang-orang sholeh dan kamu bisa memperdalam ilmu pengetahuan agamamu dengan bebas. Karena disanalah gudangnya ilmu pengetahuan agama”. Akupun sampai saat ini masih mengingat pesan yang beliau sampaikan.
Akhirnya, tak lama setelah berpamitan dengan beliau, lusanya aku beserta ayahku berencana pergi untuk mendaftar di pondok pesantren di Kotabumi, Lampung Utara. Kebetulan, disana ada pamanku yang memang dulunya sudah pernah mengajar di pondok pesantren itu. Jadi, aku tidak begitu bingung untuk mendaftar disana. Segala persiapan sudah dibawa dan siap berangkat kesana. Sesampai disana, aku diantar oleh pamanku untuk melihat-lihat keadaan disana. Akupun suka dan langsung saja mendaftar. Keesokan harinya, akupun mengikuti tes, baik lisan maupun tulisan. Alhamdulillah akupun lulus dan sudah menjadi santri di pondok pesantren itu. Segala peralatan aku bawa kesana dan mulailah aku menetap disana dan siap menjadi seorang santri. Lambat laun, aku telah merasakan tentram dan damainya hidup di pondok pesantren. Aku bisa mempelajari ilmu pengetahuan agama lebih mendalam. Tidak hanya satu jenis ilmu pengetahuan agama, tetapi juga berbagai macam ilmu pengetahuan agama. Akupun semakin suka dan bersemangat untuk mempelajarinya. Aku semakin mengerti akan pentingnya sebuah ilmu. Di pondok pesantren inilah aku mulai menemukan jati diriku yang sebenarnya. Mendapatkan teman baru, ilmu baru yang mana itu semua telah mengajarkanku akan sebuah kebersamaan, kesabaran dan kemandirian. Disamping itu, aku pernah dekat dengan kakak kelas yang pintar dan nanti setelah lulus ingin melanjutkan studinya ke Kairo, Mesir. Akupun sharing dengannya tentang berbagai hal seputar beasiswa itu. Dari sinilah, aku membulatkan tekadku untuk bisa menimba ilmu disana. Selalu belajar dan belajar dengan giat demi mewujudkan cita-citaku. Suatu ketika, aku ditanya oleh pimpinan pondok pesantren, maukah kamu menimba ilmu disana? Spontan akupun menjawab; “mau”. Beliau pun memberikan banyak pengarahan tentang langkah-langkah untuk menimba ilmu disana. Aku merasa penasaran dan keingin tahuanku pun sangat besar. Walaupun aku terkadang belajar dengan penerangan yang seadanya, tidak kondusif karena begitu banyak teman yang masih bergurau. Itulah ujian ku pada saat itu, tetapi aku harus optimis melawan itu semua.
Pada waktu itu datang lah waktu liburan semester, aku menyempatkan waktu itu untuk pulang ke kampung halaman sekaligus bertemu dengan orang tuaku dan aku berencana untuk berbicara kepada mereka tentang perihal beasiswa tersebut. Sesampainya di rumah, akupun disambut hangat dengan orang tuaku dan akupun mencium tangan mereka sebagai bukti rasa hormatku pada mereka, dan memang dalam ilmu pengetahuan agama pun mengajarkan akan hal itu. Sejenak aku beristirahat di rumah sambil menengok keadaan rumah. Malam harinya, aku mulai membuka pembicaraanku tentang beasiswa tersebut. Setelah aku memceritakan hal-hal yang telah disampaikan oleh pimpinan pondok pesantren, orang tuaku pun berpikir panjang tentang hal tersebut. Mereka sangat khawatir kepadaku karena jaraknya yang cukup jauh. Mereka mengkhawatirkan ku akan kesehatanku disana. Akupun sempat sedih, tetapi aku juga berpikir bahwa kalau orang tua tidak ridho, bagaimana aku bias menimba ilmu dengan tenang. Akupun akhirnya berbicara kepada mereka tentang kepasrahanku terhadap beasiswa tersebut dan aku pun mematuhi dan menuruti apa yang mereka inginkan. Aku berpikir bahwa, buat apa menimba ilmu jauh-jauh kalau orang tua kita tidak ridho. Itu akan percuma dan sia-sia bagiku. Toh dimanapun kita menimba ilmu, itu sama saja tergantung kitanya saja. Setelah bermusyawarah dengan orang tua, aku pun memutuskan untuk kembali lagi ke pondok pesantren karena masa liburan sudah habis. Sesampainya di pondok pesantren, aku sempatkan bersilaturrahmi ke rumah pimpinan pondokku dan meminta jalan terbaik  untukku akan beasiswa tersebut. Karena beliaulah yang telah menyarankanku untuk menimba ilmu disana. Akhirnya, akupun bicara dengan beliau dengan sejujur-jujurnya bahwa orang tuaku belum menyetujuiku untuk menimba ilmu disana karena faktor jarak yang terlalu jauh. Pimpinan pondokku pun bisa mengerti kondisiku pada saat itu.
            Semakin lama aku tinggal disana, semakin aku mengerti hakikat dari pentingnya berbagai macam ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan agama. Aku telah memperoleh banyak ilmu pengetahuan agama dari sana, tetapi aku tetap haus akan ilmu pengetahuan agama. Karena aku memang senang dan tentram ketika menimba ilmu pengetahuan agama. Karena kebulatan tekadku, akupun memutuskan untuk belajar mengaji dan mengkaji ilmu pengetahuan agama secara privat bersama temanku di rumah guruku. Tujuannya agar lebih paham akan ilmu pengetahuan agama. Tiap sore dan malam aku beserta temanku menghampiri rumah guruku untuk mempelajari ilmu pengetahuan agama secara mendalam. Pada waktu itu, hanya aku dan temanku yang berkeinginan untuk mempelajari ilmu pengetahuan agama. Guruku sempat salut dan berbangga hati kepada kami, karena kami telah memiliki tekad yang kuat untuk belajar mengaji dan mengkaji. Walaupun di pondok pesantren sekalipun, sangat jarang ada santri yang haus akan ilmu pengetahuan agama. Karena dari awal aku dan temanku sudah memiliki niat yang kuat untuk belajar mengaji dan mengkaji. Jadi, tiada paksaan yang melanda kami dalam belajar mengaji dan mengkaji. Karena kami merasa penasaran akan sebuah kitab atau karangan-karangan para ulama terdahulu yang ditulis dalam bentuk cerita atau hikayah. Itu sebuah ilmu kajian yang sangat menarik bagiku dan temanku.
            Sudah 3 tahun aku menimba ilmu di pondok pesantren itu, aku merasa baru mendapatkan sedikit ilmu pengetahuan, terkhusus ilmu pengetahuan agama. Akan tetapi, aku belum merasa puas akan ilmu pengetahuan agama. Setelah lulus dari pondok pesantren, aku pun disarankan oleh kedua orang tuaku untuk menimba ilmu di perguruan tinggi. Sebenarnya dalam benakku tertanam sebuah niat dan tekad untuk melanjutkan belajar di pondok pesantren, tetapi apa daya. Karena latar belakang dari orang tuaku adalah orang berpendidikan yang selalu berkaitan dengan perguruan tinggi, akhirnya aku pun diminta untuk belajar di perguruan tinggi. Aku sempat sedih, karena guruku menginginkanku untuk melanjutkan belajar di pondok pesantren. Akan tetapi, aku tetap patuh pada orang tuaku. Akhirnya, aku memutuskan untuk melanjutkan studiku ke jenjang yang lebih tinggi lagi yakni studi di sebuah perguruan tinggi.
            Awalnya aku bingung terhadap jurusan yang ingin aku ambil di sebuah perguruan tinggi tersebut, karena dahulu aku terlalu senang dan cinta pada bahasa arab. Orang tuaku pun menyarankanku untuk mengambil jurusan bahasa inggris. Aku sempat terkejut mendengarnya karena aku dahulu tidak senang terhadap pelajaran itu. Setelah berpikir panjang, akupun mengambilnya. Kata orang tuaku, “karena kamu sudah mengenal jauh tentang bahasa arab, tak ada salahnya kamu mengambil jurusan itu. Karena nantinya kamu bisa menguasai dua bahasa, baik bahasa arab maupun bahasa inggris”. Sejenak ku berpikir, benar juga ya apa yang dikatakan orang tuaku. Dengan mengambil jurusan bahasa inggris, aku bisa menguasai dua bahasa nantinya. Aku harus berusaha mempelajarinya, walaupun itu sulit.
            Keesokan harinya, akupun menghampiri perguruan tinggi itu untuk mendaftar sebagai mahasiswa disana. Aku pun mendaftar dan mengurus segala hal yang dibutuhkan dalam pendaftaran tersebut. Lusanya, akupun mengikuti tes disana. Besoknya, hasil tes pun diumumkan dan aku pun lulus dan tercatat sebagai mahasiswa di perguruan tinggi itu. Segera ku mempersiapkan dan mencari tempat tinggal atau yang sering disebut dengan kostan di sekitar perguruan tinggi itu. Akhirnya, akupun dapat kostan tak jauh dari kampus. Segera ku merapikan tempat dan  bersiap untuk mulai belajar pertama di perguruan tinggi itu. Terasa serba baru di sebuah perguruan tinggi, dari suasana, tempat dan teman. Sebuah pengalaman yang tak terduga, bisa studi di sebuah perguruan tinggi. Pada waktu sebelum ada kendaraan, selama 2 tahun aku berjalan kaki dari tempat tinggalku menuju kampus. Aku jalani dengan sepenuh hati demi menimba ilmu di sebuah perguruan tinggi. Di sebuah kelas yang begitu nyaman, aku belajar tentang pelajaran yang sesuai dengan jurusanku yaitu bahasa inggris. Di sini, aku benar-benar belajar dari nol tentang bahasa inggris. Karena aku benar-benar tak mengerti akan hal itu. Akan tetapi, tak mengurangi niatanku untuk belajar dengan perlahan untuk memahami berbagai macam ilmu pengetahuan tentang bahasa inggris. Hari demi hari ku jalani studiku di kampus tercinta itu, akan tetapi aku tetap saja masih sedikit mendapatkan ilmu tentang bahasa inggris. Tak apalah walaupun begitu, aku tetap berjuang semaksimal mungkin walaupun sebenarnya jurusan itu bukan tempatku. Aku harus banyak beradaptasi dengan baik akan pelajaran bahasa inggris. Sedikit demi sedikit, itulah sebuah kalimat yang sedang aku terapkan di studiku ini, hingga saat ini.
            Setelah melewati berbagai macam peristiwa di dalam studiku, aku pun semakin mengetahui lebih dalam tentang pentingnya belajar bahasa inggris. Karena jikalau kita bisa menguasai berbagai aspek dari bahasa inggris, kita akan mudah menjelajahi dunia, apapun yang kita inginkan. Karena kita sudah mempunyai kuncinya. Bahasa inggris juga memang sudah dikenal di berbagai kalangan, baik dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi sekalipun, bahkan bahasa inggris dan bahasa arab adalah pelajaran wajib yang harus ada di sebuah lembaga pendidikan tertentu. Kini, di usiaku yang semakin bertambah, aku masih setia mempelajarinya. Walaupun begitu, aku tetap saja masih belum bisa memahami lebih dalam tentang bahasa inggris. Untuk meminimalisir ketidak tahuanku akan bahasa inggris, aku pun belajar dengan teman-temanku yang memang memiliki skill di bidang itu. Beda rasanya ketika belajar di kampus dan belajar dengan teman kita. Seakan-akan lebih nyaman dan terbuka belajar dengan teman kita ketimbang belajar di kampus. Karena kalau di kampus, masih ada rasa kurang nyaman dan tak leluasa dalam belajar. Dengan perlahan tapi pasti, itulah yang juga aku terapkan dalam studiku ini. Yang mana membuatku lebih berusaha untuk giat dan tekun mempelajarinya. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, selagi kita mau berusaha dengan giat. Semenjak belajar di perguruann tinggi, aku semakin mengetahui berbagai macam bentuk dan jenis daripada bahasa inggris itu sendiri.
            Karena sudah mulai muncul kecintaan dan kesenangan terhadap bahasa inggris dari dalam diriku, aku pun lebih bersemangat dan termotivasi untuk mempelajarinya lebih dalam lagi. Sempat aku bercita-cita dalam benakku ingin melanjutkan studiku ke jenjang yang lebih tinggi lagi yaitu bisa studi s.2 di perguruan tinggi yang terkenal. Itulah harapan dan cita-citaku ke depan yang mana disitulah momen untuk membanggakan orang tuaku. Itu tidak lain untuk membuat hati orang tuaku senang dan berbangga hati. Aku selalu yakin dan optimis akan cita-citaku itu akan terkabul. Tentunya, itu semua harus diwujudkan dengan do’a dan ikhtiar kita. Suatu ketika, aku pernah menyindir tentang hal ini kepada orang tuaku dan mereka pun meresponnya. Aku pribadi sangat berbangga hati dan senang telah didukung oleh orang tuaku untuk melanjutkan studiku ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Aku patut bersyukur kepada Yang Maha Kuasa telah diberi kesempatan untuk menimba ilmu diberbagai tempat dan berbagai macam ilmu pengetahuan. Ternyata, tak hanya ilmu pengetahuan agama saja yang begitu penting, tetapi juga ilmu pengetahuan umum pun begitu penting. Karena jika kita ingin menguasai dunia, maka kita harus memiliki ilmunya. Tetapi walau  bagaimanapun juga, ilmu pengetahuan agama adalah ilmu yang terpenting daripada ilmu-ilmu lainnya. Karena, itu sebagai penunjang hidup kita dalam studi apapun yang kita inginkan di dunia ini. Menimba ilmu mengajarkanku banyak hal, banyak pengalaman, banyak peristiwa. Tak hanya berupa materi, tetapi juga berupa kejadian-kejadian yang membuatku mengerti secara mendalam tentang pentingnya sebuah ilmu pengetahuan. Dari sinilah aku telah mendapatkan sebuah kesabaran, sebuah keikhlasan dan sebuah kemandirian. Yang mana itu semua ku jadikan penyemangat dalam menimba ilmu pengetahuan, baik ilmu pengethauan umum maupun ilmu pengetahuan agama.  Itulah mengapa pada kesempatan kali ini saya pribadi memberi judul tulisan ini dengan judul “MENIMBA ILMU MENGAJARKANKU AKAN KEHIDUPAN HAQIQI”. Karena dengan ini aku tahu kehidupan yang sebenarnya. Yang itu semua diwujudkan dari menimba ilmu.     






No comments:

Post a Comment