Salju

Daun Berjatuhan

Selamat Datang

Selamat Datang di Danny's Blog. Semoga bermanfaat......

Like

Friday, November 15, 2013

Makalah tentang kejujuran



BAB I
PENDAHULUAN
      A.  Latar Belakang Masalah
            Sungguh Rasulullah SAW telah menjelaskan di dalam haditsnya satu masalah diantara masalah akhlaq yang sangat penting , yaitu cara mendidik akhlaq dan pembentukannya serta  cara memperkuatnya di dalam jiwa dan memantapkannya, bahkan beliau telah menjadikannya pada urutan beberapa tabi’at, yaitu agar supaya manusia mempunyai tujuan berkata baik dan berbuat yang terpuji serta mengerjakannya berulang-ulang, sehingga sangat berpengaruh pada dirinya bahkan dijadikannya sebagai kebiasaan yang berjalan lancar dan agar bertambah mendalam setiap sudah diamalkan.
            Barang siapa yang ingin agar kejujuran itu menjadi kebiasaan dan akhlaqnya ingin menjadi agama dan tabiatnya, maka hendaknya dia mempunyai tujuan jujur dalam semua ucapan, dan jujur dalam semua perbuatannya. Jika kejujuran itu sesudah menjadi karakternya, maka yang demikian dia menjadi orang yang paling jujur.
            Kedudukan sifat jujur sangat erat hubungannya dengan sifat-sifat para nabi, yakni Nabi Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub, sebagaimana firman Allah :
Artinya: Dan Kami telah anugrahkan kepada mereka rahmat- Ku dan Kami telah ciptakan bagi mereka lisan yang jujur, yakni pujian yang baik yang tinggi nilainya.  ( QS. Maryam : 50 ).
            Dan Ismail dipuji karena jujur, sebagaimana firman Allah :
Artinya : “Perhatikan dalam (hal) Ismail yang tersebut dalam Al kitab (yakni Al Qur’an), sesungguhnya dia adalah jujur dalam janjinya dan dia adalah Rasul dan Nabi”. (QS. Maryam : 54 ).
     
BAB II
PEMBAHASAN
    A.   Kejujuran
            Untuk lebih memudahkan pembahasan maupun untuk menghindari kekeliruan penafsiran terhadap judul :
KEJUJURAN
Maka penulis merasa perlu untuk mempertegas judul sebagai berikut :
            1. Pengertian Kejujuran
            Kejujuran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata” jujur” yang mendapat imbuhan ke-an, yang artinya “lurus hati, tidak berbohong, tidak curang, tulus atau ikhlas”
            Syari’at Islam mengajarkan kepada umatnya untuk berbuat jujur dalam segala keadaan, walaupun secara lahir kejujuran tersebut akan merugikan diri sendiri. Allah SWT telah berfirman dalam Surat An-Nisaa Ayat 135 yang berbunyi:
Artinya : “ Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar-balikan                ( kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” ( QS. An- Nisaa’ : 135 ).
Dan Rosulullah SAW pada banyak hadits menegaskan akan hal ini, diantaranya pada hadits berikut :
عن عبدالله بن مسعود قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : عليكم بالصدق فان الصدق يهدى الى البر وان البر يهدى الى الجنة وما يزال الرجل يصدق ويتحرى الصدق حتى يكتب عند الله صديقا. واياكم والكذب فان الكذب يهدى الى الفجور وان الفجور يهدى الى النار وما يزال الرجل يكذب حتى يكتب عند الله كذابا. ( متفق عليه )
Artinya : Dari sahabat Abdillah bin Mas’ud r.a, ia menuturkan, Rasulullah SAW telah bersabda : “ Hendaknya kalian senantiasa berbuat jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan membimbing kepada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan aka membimbing kepada syurga, dan senantiasa seseorang itu berbuat kejuuran dan senantiasa berusaha berbuat jujur, hingga akhirnya ditulis disisi Allah SWT sebagai orang yang (Shiddiq) jujur. Dan berhati-hatilah kalian dari perbuatan dusta, karena sesungguhnya kedustaan akan membimbing kepada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan akan membimbing kepada Neraka. Dan senantiasa seseorang berbuat dusta dan berupaya untuk berdusta hingga akhirnya di tulis di sisi Allah SWT sebagai pendusta.” (Muttafaqun ‘alaihi ).     
Bagi yang berbuat jujur/benar, akan di jamin masuk syurga, Sebab Allah SWT telah berfirman :
Artinya : “ Sesungguhnya orang-orang yang berbakti, benar-benar berada dalam syurga yang penuh kenikmatan.” ( Al Infithar : 13).
Sehingga tidak heran bila syari’at Islam menjadikan hal ini sebagai salah satu prinsip dalam segala urusan manusia, termasuk dalam perniagaan, sampai-sampai pada suatu hadits, Rasulullah SAW menegaskan kepada para sahabatnya yang sedang menjalankan perniagaan di pasar. :
يا معشر التجار ! فاستجابوا لرسول الله صلى الله عليه وسلم ورفعوا اعناقهم وابصارهم اليه, فقال : ان التجار يبعثون يوم القيامة فجارا, الا من اتقى الله وبروصدق. ( رواه الترمذى وابن حبان والحاكم وصححه الالباني)           
Artinya : “Wahai para pedagang !” Maka mereka memperhatikan seruan Rasulullah SAW dan mereka menengadahkan leher dan pandangan mereka kepada Beliau. Lalu beliau bersabda : “Sesungguhnya para pedagang akan di bangitkan kelak pada hari kiamat sebagai orang-orang fajir (jahat) kecuali pedagang yang bertaqwa kepada Allah, berbuat baik dan berlaku jujur.” ( HR. At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan dishahihkan oleh Al-Albani ).
            Al- Qadhi ‘Iyadh menjelaskan hadits ini dengan berkata, “Karena kebiasaan para pedagang adalah menipu dalam perniagaan dan amat berambisi untuk menjual barang dagangannya dengan segala cara yang dapat mereka lakukan diantaranya dengan sumpah palsu dan yang serupa. Nabi Muhammad SAW memvonis mereka sebagai orang-orang jahat (fajir), dan beliau mengecualikan dari vonis ini para pedagang yang senantiasa menghindari hal-hal yang di haramkan, senantiasa memenuhi sumpahnya dan senantiasa jujur dalam setiap ucapannya”.
            Penjelasan Qadhi ‘iyadh ini selaras dengan sabda Nabi Muhammad SAW berikut ini :
عن ابي هريرة رضي الله عنه قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول:
الحلف منفقة للسلعة ممحقة للبركة.  (متفق عليه )
Artinya : Dari sahabat Abu Hurairah r.a ia menuturkan : Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Sumpah itu akan menjadikan barang dagangan menjadi laris, (akan tetapi ) menghapuskan keberkahan.” (Muttafaqun ‘alaihi ).
            Oleh karena itu tidak heran bila Alla SWT murka kepada orang yang menyelisihkan prinsip ini dalam perniagaannya, sampai-sampai Allah mengancamnya dengan ancaman yang keras, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya berikut ini :
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji(nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka adzab yang pedih.” (QS. Ali Imran : 77 ).
            Ayat ini diturunkan karena ada seseorang yang menawarkan barang dagangannya, kemudian ia bersumpah dengan nama Allah, sungguh barang dagangannya tersebut telah ditawar dengan penawaran lebih banyak dari penawaran yang diberikan oleh pembeli (kedua), padahal penawaran pertama ia sebutkan tidak pernah terjadi, maka turunlah firman Allah SWT diatas, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al- Bukhari  Rohimahullah.
            Kejujuran itu hendaknya dapat mendarah daging dalam pribadi kita, meliputi kejujuran dalam berbicara dan kejujuran dalam hal ihwal perbuatan.
2.  Macam-macam Kejujuran
A. Kejujuran dalam hal berbicara
     Kejujuran dalam berbicara, yaitu hendaknya pembicaraan dan perkataan kita sesuai dengan hati nurani dan dimanifestasikan (diwujudkan) dalam kenyataan. Hal semacam ini membuat kita menjadi mantap dalam berbicara. Hendaknya kita berbicara dengan dasar pengetahuan. Kalau kita berbicara tentang hal yang sudah lewat, maka berbicaralah yang benar, yang jujur sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Jika kita berbicara sesuatu yang diniati, hendaknya niat menepati jaji itu diikuti dengan pelaksanaannya. Kalau kira-kira tidak akan melaksanakan tentang sesuatu ‘azam (niat), maka seyogyanya niat itu tidak usah diucapkan dengan orang lain, kecuali kalau mendekati kenyataan.
B.  Kejujuran dalam perbuatan
                 Jujur dalam hal lhwal perbuatan, ialah hendaknya perbuatan yang dapat dilihat, benar-benar sesuai dengan bentuk perencanaannya dalam jiwa, yaitu ikhlas karena Allah, hanya untuk mendapatkan kemashlahatan tanpa berselubung dengan sifat munafiq dan riya. Juga tidak untuk tujuan yang rendah dan kecil. Misalnya orang yang berkunjung ke orang besar dengan menampakkan ketaatan dan simpati kepadanya, sedangkan dibalik itu ada terkandung maksud untuk mendapatkan kemanfaatan pribadi.
            Rasulullah Saw telah menjelaskan bahwa kejujuran itu menunjukkan kepada yang baik, dan beliau menunjukkan bahwa kejujuran itu ibarat tempat tumbuhnya segala keutamaan., dan keutamaan itu sebagai akar yang meguatkan pohon itu tegak. Orang yang jujur itu tentu sejalan dengan semua kebaikan dan sebagai penegak segala kebagusan, sedangkan kebaikan itu adalah jalan menuju ke syurga, bahkan kebajikan itu sebagai kunci masuk syurga. Sedangkan kunci yang lain tidak untuk membuka syurga, sebagaimana firman Allah :
Artinya : “ Sungguh orang-orang yang baik itu di syurga Na’im, di atas dipan yang indah mereka sama memperhatikan. Kamu ketahui di wajah-wajah mereka segar dari sebab kenikmatan (yang diperoleh). Mereka diberi minum dengan arak dicap stempel. Cap stempelnya adalah Kasturi dan didalam hal itu, maka hendaklah orang-orang yang berminat sama berlomba”. (QS. Al- Muthoffifiin : 22 – 26 ).

BAB III
PENUTUP
1.   KESIMPULAN
          Sifat jujur adalah keutamaan dari segala sendi akhlaq yang menjadi dasar peraturan masyarakat dan tertibnya semua urusan serta menjadikan lancarnya semua tugas-tugas dengan baik.
            Sifat jujur dapat mengangkat derajat seseorang di atas sekalian  manusia, menjadikannya tumpuan kepercayaan mereka, menjadikannya seseorang yang terpuji di kalangan mereka, ucapannya dihormati mereka. Apabila manusia telah membiasakan dirinya benar dan jujur dalam segala ihwalnya, maka perangai itu akan melembaga pada dirinya  sehingga menjadilah ia sebagai orang yang benar dan jujur, benar dalam ucapannya, benar dalam perbuatannya, benar dalam pmikiran-pemikirannya, kemudian dia akan dibawa oleh perangainya yang terpuji itu kepada menepati segala sifat kebaikan sehingga lapanglah jalan menuju ke syurga. Dan sebaliknya apabila seseorang telah membiasakan dirinya berdusta, maka perangai itupun akhirnya akan melembaga pada dirinya sehingga menjadilah ia sebagai orang pendusta sehingga hilanglah kepercayaan masyarakat kepadanya dan pada saatnya ia akan terbawa menuju jalan ke neraka.  
            Firman Allah dalam Al- Qur’an :
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur”. ( QS. At- Taubah : 119 ).

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta. Balai Pustaka. 1991
Dr. Muhammad Arifin bin Badri, MA. Sifat Perniagaan Nabi. Bogor. Pustaka
Darul Ilmi. 2008
Sunarto. Tuntunan Da’wah Dan Pembina Pribadi Muslim. Semarang. Pustaka
Amani. 1983
Muhammad ‘Abdul ‘Aziz Al Khuly. Akhlaq Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi
wasallam. Semarang. Wicaksana. 1989










13

6 comments:

  1. makakih blognya sangat bermanfaat buat tugas ane.......

    ReplyDelete
  2. Oke gan sama2,,, trimakasih sudah berkunjung di blog ane,, :)

    ReplyDelete
  3. syukron,berkat artikelnya tugas ane jadi selesai

    ReplyDelete
  4. Sangat bermanfaat kak, saya izin copy ya :)

    ReplyDelete