BAB IV
ISIQOMAH
A.
DEFINISI
Istiqamah adalah
anonim dari thughyan (penyimpangan atau melampaui batas). Ia bisa berarti
berdiri tegak di suatu tempat tanpa pernah bergeser, karena akar kata istiqamah
dari kata “qaama” yang berarti berdiri. Maka secara etimologi, istiqamah
berarti tegak lurus. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, istiqamah diartikan
sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen
Secara
bahasa, istiqomah berasal dari akar kata qama yang berarti berdiri, tegak
lurus, dan seterusnya. Dalam bahasa Indonesia, istiqomah diartikan sebagai
sikap teguh pendirian dan selalu konsisten.
Selain itu, kata istiqomah juga berasal dari kata
istoqamo-yastaqimu-istiqamotan yang biasa diartikan dengan mendirikan. Kata-kata “mendirikan” mengandung satu iayarat, bahwa di dalam kata
tersebut berlangsung sebuah proses
atau upaya yang terjadi secara terus
menerus.
Kita ambil contoh seperti orang mendirikan rumah. Sebuah rumah tidak akan bisa
didirikan, ditegakkan, atau dibangun apabila di dalamnya tidak terjadi proses
kerja yang terus-menerus.
Sebuah
rumah baru bisa disebut
berdiri karena ia telah dikerjakan secara terus-menerus tanpa henti sampai
akhirnya ia sempurna disebut sebagai
rumah. Demikian juga dengan istiqarnah.
Seseorang tidak bisa disebut
dengan istiqomah apabila ia tidak mampu menegakkan atau mengerjakan sesuatu
secara terus-menerus dan kontinu. Sebab, istiqomah itu sendiri sangat dekat
pengertiannya dengan hal yang dikerjakan secara terus-menerus tanpa henti.
Secara terminologi, istiqamah bisa diartikan dengan beberapa pengertian
berikut ini;
Al-Hasan berkata, “Istiqamah adalah melakukan ketaatan
dan menjauhi kemaksiatan”.
Mujahid berkata, “Istiqamah adalah komitmen terhadap
syahadat tauhid sampai bertemu dengan Allah Taala”.
Ibnu
Taimiah berkata, “Mereka beristiqamah dalam mencintai dan beribadah
kepada-Nya tanpa menoleh kiri kanan”
Abu Bakar Shiddiq berpendapat bahwa istiqomah adalah
sikap yang sama sekali tidak menyekutukan Allah SWT. sedikit pun dengan apa
saja. Lebih jelasnya,
istiqomah dalam pandangan Abu Bakar adalah sikap teguh dalam beriman,
memurnikan sesembahan, dan menjauhi kemusyrikan.
Sementara itu, sahabat Umar bin Khathab berkata bahwa
istiqomah merupakan sebuah sikap teguh terutama dalam melaksanakan perintah dan
menjauhi larangan Allah, serta tidak berpaling seperti berpalingnya musang.
Sedangkan, Utsman bin Affan memaknai istiqomah sebagai suatu sikap untuk
memurnikan segala tindak-tanduk kita yang berkaitan dengan ibadah hanya untuk
Allah, bukan selain-Nya. ia berkata tentang istiqomah, “Ikhlaskan (bersihkan)
amal karena Allah semata”.
Keikhlasan
menurut sahabat Utsman merupakan faktor yang dapat menimbulkan sifat istiqomah.
Keikhlasan membuat seseorang mampu mengerjakan sesuatu secara konsisten. la
tidak dipengaruhi oleh kepentingan apa pun saat beribadah selain hanya
mengharap ridha Allah semata. Harapan inilah yang menjadikan orang tersebut
tidak pernah henti-hentinya mengerjakan amal kebaikan.
Lain
halnya dengan Ali bin Abi Thalib, khalifah keempat ini berpendapat bahwa
istiqomah adalah bentuk ketegasan sikap dalam menjalankan kewajiban. Beliau
mengatakan, “Kerjakanlah kewajiban-kewajiban Hal ini memberi pengertian selama
seseorang masih mengerjakan kewajiban-kewajibannya terutama kewajiban kepada
Allah SWT., maka orang tersebut dapat disebut sebagai orang yang istiqomah.
Imam
al-Qusyairi Ra. berkata,”Istiqomah adalah sebuah derajat, dengannya berbagai
urusan menjadi sempurna dan berbagai kebaikan dan keteraturan bisa diraih.
Barang siapa yang tidak istiqomah dalam kepribadiannya, maka ia akan sia-sia
dan gagal. Dikatakan, istiqomah tidak akan bisa dilakukan kecuali oleh
orang-orang yang besar, karena ia keluar dari hal-hal yang dianggap lumrah,
meninggalkan adat kebiasaan, dan berdiri di hadapan Allah Azza wa Jalla dengan
jujur.”
Imam
Nawawi mengartikan istiqomah dengan tetap konsisten dan konsekuen dalam
ketaatan kepada Allah SWT.
Menurut
AI-Washiti, istiqomah adalah sifat yang dapat menyempurnakan kepribadian
seseorang dan tidak adanya sifat ini maka menjadi rusaklah kepribadian
seseorang. Itulah beberapa pengertian mengenai istiqomah, baik yang terdapat
dalam al-Qur'an, hadits Nabi Saw., dan juga pendapat beberapa ulama. Satu hal
yang harus digaris bawahi bahwa perintah istiqomah merupakan satu perintah yang
sangat penting dan urgen dalam agama Islam. Ibnu Abbas berkata bahwa tidak satu
pun ayat al-Qur'an yang turun kepada Nabi Saw. yang dirasakan lebih berat dari
perintah istiqomah sebagaimana terdapat dalam Surat Huud ayat 112.
Jadi
muslim yang beristiqamah adalah muslim yang selalu mempertahankan keimanan dan
akidahnya dalam situasi dan kondisi apapun. Ia
bak batu karang yang tegar menghadapi gempuran ombak-ombak yang datang silih
berganti.
B.
Dalil Kewajiban Istiqomah
Istiqamah bukan hanya diperintahkan kepada manusia biasa
saja, akan tetapi istiqamah ini juga diperintahkan kepada manusia-manusia besar
sepanjang sejarah peradaban dunia, yaitu para Nabi dan Rasul. Perhatikan ayat
berikut ini;
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä `tB
£s?öt
öNä3YÏB `tã
¾ÏmÏZÏ
t$öq|¡sù
ÎAù't ª!$# 5Qöqs)Î/ öNåk:Ïtä ÿ¼çmtRq6Ïtäur
A'©!Ïr&
n?tã
tûüÏZÏB÷sßJø9$# >o¨Ïãr& n?tã tûïÍÏÿ»s3ø9$# crßÎg»pgä
Îû È@Î6y «!$# wur tbqèù$ss sptBöqs9 5OͬIw
4 y7Ï9ºs ã@ôÒsù
«!$# ÏmÏ?÷sã
`tB âä!$t±o 4 ª!$#ur
ììźur íOÎ=tæ ÇÎÍÈ
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu
yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang
Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut
terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir,
yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka
mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya,
dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. (QS. al maidah:54)
öNÉ)tGó$$sù
!$yJx.
|NöÏBé& `tBur
z>$s? y7yètB wur (#öqtóôÜs? 4
¼çm¯RÎ) $yJÎ/
cqè=yJ÷ès? ×ÅÁt/
ÇÊÊËÈ
“Maka tetaplah
(istiqomahlah) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu
dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui
batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”(QS 11:112)
¨bÎ)
tûïÏ%©!$# (#qä9$s% $oY/z ª!$# §NèO (#qßJ»s)tFó$# xsù ì$öqyz
óOÎgøn=tæ wur öNèd cqçRtøts ÇÊÌÈ y7Í´¯»s9'ré& Ü=»ptõ¾r&
Ïp¨Ypgø:$# tûïÏ$Î#»yz $pkÏù
Lä!#ty_
$yJÎ/
(#qçR%x.
tbqè=yJ÷èt
ÇÊÍÈ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:
“Tuhan kami ialahAllah”, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak
adakekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya;
sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.(QS 46:13-14)
Allah
SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan
dalam keadaan beragama Islam.
“Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan
akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh
(pula) apa yang kamu minta. Sebagai
hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS
41: 30-32).
“Aku berkata, “Wahai Rasulullah katakanlah kepadaku satu
perkataan dalam Islam yang aku tidak akan bertanya kepada seorang pun selain
engkau. Beliau
bersabda, “Katakanlah, “Aku beriman kepada Allah, kemudian beristiqamahlah
(jangan menyimpang).” (HR Muslim dari Sufyan bin Abdullah)
Syekh Al-Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Sebesar-besar karomah adalah
memegang istiqamah.”
Dari
ayat dan hadits di atas, jelas bahwa ternyata Inti dari dari keagamaan kita,
adalah “qul aamantu billaahi tsummastaqama” Setiap muslim yang telah berikrar bahwa Allah Rabbnya,
Islam agamanya dan Muhammad rasulnya, ia harus senantiasa memahami arti ikrar
ini dan mampu merealisasikan nilai-nilainya dalam realitas kehidupannya. Setiap
dimensi kehidupannya harus terwarnai dengan nilai-nilai tersebut baik dalam
kondisi aman maupun terancamKita temui segala yang bertentangan dalam hidup,
susah senang, sulit mudah, kaya miskin, Semua berubah kecuali iman, iman tdk
boleh berubah bagaimanapun perubahan hidup yang lain kita. Selalu dalam iman
itu disebut istiqomah
C.
Keutamaan Dari Istiqomah Adalah
1.
Hilangnya rasa takut/duka cita
Takut
dan
duka cita adalah dua hal yang menjadi penghalang besar dalam kemajuan hidup.
¨bÎ)
úïÏ%©!$# (#qä9$s% $oY/u ª!$# §NèO (#qßJ»s)tFó$# ãA¨t\tGs? ÞOÎgøn=tæ èpx6Í´¯»n=yJø9$# wr& (#qèù$srB wur (#qçRtøtrB (#rãϱ÷0r&ur Ïp¨Ypgø:$$Î/
ÓÉL©9$# óOçFZä. crßtãqè? ÇÌÉÈ QS. Fussilat : 30
Tak
mungkin ada rasa takut pada orang yang istiqomah.Kepada
siapa takut?
Adakah
yang maha kuasa di dalam hidup ini selain Allah? menjatuhkan
bahaya, memberikan mudarat, selain Allah?
Ada yang ditakuti orang yaitu melarat. Tapi kemelaratan yang sebenarnya bukanlah
kehilangan harta. Kemelaratan adalah apabila kehilangan istiqomah di dalam diri kita
Ada lagi yang paling ditakuti orang adalah maut. Padahal kehilangan istiqomah adalah lebih sakit lebih berbahaya dari maut.
Yang
menimbulkan takut dan duka cita adalah tidak mendapatkan teman dekat. Nanti
ndak punya teman, nanti ndak
disukai orang kantor. Maka siapakah
teman dekat yang lebih dekat daripada Tuhan?
2.
Istiqomah Memperkuat Prinsip
Dengan
berusaha istiqomah, kita akan menjadi orang yang kuat di dalam memegang prinsip
tidak mudah goyah menghadapi berbagai macam godaan dan rintangan. Selain itu,
orang-orang yang istiqomah akan senantiasa bertahan dengan keyakinan dan
prinsip kebaikan yang sudah mereka terapkan dalam kehidupannya.
3.
Istiqomah Menjadikan Manusia Tahan Uji
Dapat
dikatakan bahwa tidak ada manusia yang selama hidupnya bebas dari ujian. Dan,
ujian-ujian itu pun bermacam-macam bentuknya. Ada ujian berupa bencana atau
musibah, namun ada juga ujian yang
sepintas tidak tampak seperti sebuah musibah. Ujian seperti itu disebut
ujian konsistensi.
Orang
yang tidak konsisten dapat dikatakan sebagai orang yang tertimpa musibah.
Sebab,dengan sikapnya yang seperti itu, ia akan menjadi orang yang mudah
terombang-ambing keadaan, tidak memiliki pijakan dan prinsip yang kuat sehingga
dengannya mereka bisa bergantung. Orang seperti ini persis
seperti orang yang naik perahu tanpa layar dan kemudi. Saat ombak menerpa, ia
tidak memiliki kemampuan apa-apa mengendalikan laju perahunya sehingga hanya
terombang-ambing tanpa kepastian di tengah lautan.
Sebaliknya,
orang yang istiqomah, mereka justru akan menjadi sosok yang tahan uji.
Kebiasaan baik yang dijalankan dengan konsisten (istiqomah) akan menjadi
karakter yang berakar kuat, yang tidak mudah menjadikan mereka goyah menghadapi
rintangan dan cobaan
4.
Istiqomah Menghilangkan
Kemalasan
Rasa
malas merupakan kebiasaan negatif yang tidak boleh kita biarkan menjadi
karakter pribadi. Bahkan, Islam sangat melarang umatnya menjadi manusia-manusia
yang malas, hanya mau berpangku tangan, dan seterusnya. Rasa malas muncul salah
satunya karena tidak ada keinginan untuk memaksa dan membiasakan diri
mengerjakan perbuatan-perbuatan positif.
Padahal,
kemalasan tidak akan pernah hilang tanpa sebuah paksaan. Sementara, memaksa
diri untuk melakukan perbuatan baik itu juga tidak akan berhasil maksimal
kalau tidak dilandasi dengan sikap istiqomah dalam menjalankannya. Dengan
demikian, sikap istiqamah merupakan salah satu cara yang dapat mengikis rasa
malas dalam diri.
Ia
jauh dari sikap pesimis dalam menjalani dan mengarungi lautan kehidupan. Ia senantiasa
tidak pernah merasa lelah dan gelisah yang akhirnya melahirkan frustasi dalam
menjalani kehidupannya. Kefuturan yang mencoba mengusik jiwa, kegalauan yang
ingin mencabik jiwa mutmainnahnya dan kegelisahan yang menghantui benaknya akan
terobati dengan keyakinannya kepada kehendak dan putusan-putusan ilahiah. Hal
ini sebagaimana yang diisyaratkan oleh beberapa ayat di bawah ini;
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah.(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berdukacita terhadap
apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa
yang diberikan-Nya kepadamu. Dan
Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS
57:22-23)
“Hai
anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa
dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (QS 12: 87)
Ibrahim
berkata, “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali
orang-orang yang sesat". (QS 15:56)
5.
Istiqomah Memunculkan Etos Kerja
Dengan
berusaha menjalankan setiap perbuatan baik secara istiqomah, sebenarnya kita
sedang berlatih memunculkan etos kerja yang lebih baik. Pekerjaan apa pun
apabila dikerjakan dengan etos kerja yang baik, maka hasilnya juga akan baik.
Istiqomah merupakan salah satu cara menumbuhkan etos kerja itu sendiri.
Sementara itu Islam sangat menganjurkan agar umatnya memiliki etos kerja yang
tinggi dalam melakukan setiap kebaikan.
Apabila
telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” Allah
memerintahkan kita untuk bertebaran, menyebar, mencari karunia-Nya dengan penuh
kesungguhan dan etos kerja yang tinggi, bukannya malah berpangku tangan dengan
rasa malas dan pasrah.(QS. al-Jumu'ah : 10)
6.
Istiqomah Menjauhkan dari
Sikap Putus Asa
Islam
melarang keras terhadap sikap putus asa. Bahkan, dalam beberapa ayat, Allah SWT.
menyifati sifat putus asa
dengan sifat-sifat yang buruk. Salah satunya seperti ucapan Nabi Ya'qub yang
diabadikan Allah dalam surat Yusuf ayat 87:
Munculnya
sifat putus asa dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya adalah
tidak istiqomah. Seseorang yang tidak istiqomah cenderung lebih mudah mengalami
rasa putus asa. Tidak adanya sikap istiqomah dan kesungguhan dalam melakukan
pekerjaan apa pun membuat kita tidak memiliki prinsip dan pertahanan yang kuat
saat menghadapi hambatan.
Contoh,
seorang siswa yang tidak memiliki kebiasaan belajar secara istiqomah
kemungkinan besar akan lebih mudah dihantui perasaan putus asa, terutama saat
kebiasaan itu menyebabkan hasil ujiannya menjadi rendah. Sebaliknya, orang
yang istiqomah belajar, meskipun ia memperoleh hasil ujian yang rendah, ia
tetap tidak akan menjadikannya orang yang malas untuk belajar. Bahkan,
kemungkinan besar ia akan menjadi semakin rajin untuk belajar.
7.
Istiqomah Melipatgandakan
Pahala Kebaikan
Istiqomah
merupakan sikap yang menjadikan setiap perbuatan baik menjadi semakin tak
terhingga nilai kebaikannya di hadapan Allah SWT. Dalam sebuah riwayat,
dijelaskan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda,
“Perbuatan yang paling dicintai Allah adalah
perbuatan (yang dilakukan secara) konsisten listiqomah walaupun sedikit,”(HR.
Bukhari dan Muslim dari Aiayah).
Dengan
demikian, Islam pada dasarnya lebih memberikan penghargaan kepada orang yang
rajin dan istiqomah melakukan kebaikan walaupun sedikit daripada mereka yang
tiba-tiba melakukan kebaikan yang besar namun hanya sekali waktu. Mungkin, dari
hadits tadi itulah kemudian timbul iatilah “sedikit demi sedikit lama-lama
menjadi bukit.' Artinya, walaupun awalnya
kita hanya melakukan satu kebiasaan positif, tetapi kalau hal itu dikerjakan
secara konsisten (istiqonah), maka
kebiasaan positif itulah yang justru akan menciptakan karakter baik pada diri
kita.
8.
Istiqomah Menumbuhkan Sifat Keberanian
Seseorang
yang berusaha menjalankan setiap kebaikan dengan istiqomah, ia akan tumbuh
menjadi pribadi yang memiliki sifat syaja'ah atau keberanian. Keistiqomahan
yang melandasi setiap perbuatan baiknya akan menempanya menjadi orang-orang
yang tak mudah gentar, takluk, dan menyerah menghadapi rintangan dan hambatan.
Bahkan, orang yang istiqomah merasa lebih “besar” dari rintangan yang ia
hadapi, sehingga hambatan apa pun tidak akan meninggalkan
kebiasaan positif yang sudah ia jalankan secara konsisten itu.
9.
Istiqomah melapangkan jalan rejeki
Satu
diantara karunia yang di berikan Allah SWT. kepada
orang-orang yang istiqomah yaitu dimudahkan jalan rezeki bagi mereka, hal ini
sebagaimana di tegaskan sendiri oleh Allah dalam firman-Nya
“dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan Lurus di
atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka
air yang segar (rezki yang banyak)”. (QS. Al Jin : 16)
10.
Istiqomah mendatangkan ketenangan dan di janjikan surga
Keimanan seorang muslim yang telah sampai pada
tangga kesempurnaan akan melahirkan tsabat dan istiqomah dalam medan
perjuangan. Tsabat dan istiqomah sendiri akan melahirkan ketenangan, kedamaian
dan kebahagian. Meskipun ia melalui rintangan dakwah yang panjang, melewati
jalan terjal perjuangan dan menapak tilas lika-liku belantara hutan perjuangan.
Karena ia yakin bahwa inilah jalan yang pernah ditempuh oleh hamba-hamba Allah
yang agung yaitu para Nabi, Rasul, generasi terbaik setelahnya dan generasi
yang bertekad membawa obor estafet dakwahnya. Perhatikan firman Allah di bawah
ini;
“Dan berapa banyaknya nabi yang
berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa.
Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah,
dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepadamusuh). Allah menyukai
orang-orang yang sabar.” (QS 3:146)
“Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang
mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS
6:82)
“(yaitu) orang-orang yang beriman
dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS 13:28)
I1. Istiqamah merupakan jalan menuju ke surga.
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:
“Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka
malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa
takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan
(memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS.
41 : 30)Berdasarkan ayat di atas, istiqamah merupakan satu bentuk sifat atau
perbuatan yang dapat mendatangkan ta’yiid (baca ; pertolongan dan dukungan)
dari para malaikat.
12. Istiqamah merupakan amalan yang paling dicintai
oleh Allah SWT.
Dalam sebuah hadits digambarkan : Dari Aisyah
r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda, ‘Berbuat sesuatu yang tepat dan benarlah
kalian (maksudnya; istiqamahlah dalam amal dan berkatalah yang benar/jujur) dan
mendekatlah kalian (mendekati amalan istiqamah dalam amal dan jujur dalam
berkata). Dan ketahuilah, bahwa siapapun diantara kalian tidak akan bisa
masuk surga dengan amalnya. Dan amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan
yang langgeng (terus menerus) meskipun sedikit. (HR. Bukhari)
Berdasarkan hadits di atas, kita
juga diperintahkan untuk senantiasa beristiqamah. Ini artinya bahwa Istiqamah
merupakan pengamalan dari sunnah Rasulullah saw.
13. Istiqamah merupakan ciri mendasar orang mukmin.
Dalam sebuah riwayat digambarkan:
Dari Tsauban ra, Rasulullah saw. bersabda, ‘istiqamahlah kalian, dan janganlah
kalian menghitung-hitung. Dan ketahuilah bahwa sebaik-baik amal kalian adalah
shalat. Dan tidak ada yang dapat menjaga wudhu’ (baca; istiqamah dalam whudu’,
kecuali orang mukmin. (HR. Ibnu Majah)
D.
CARA
MERAIH SIKAP ISTIQOMAH
Menjadi
orang yang istiqomah tentu bukan perkara yang mudah. Setidaknya, diperlukan
kemauan dan usaha yang sungguh-sungguh agar sikap istiqomah itu menjadi ciri
dari kepribadian diri kita. Namun, barangkali beberapa penjelasan berikut akan
memudahkan kita untuk berusaha bagaimana caranya menjadi orang yang istiqamah.
1.
Lakukan Mulai dari Amal
yang Paling Sederhana,
Untuk
bisa menjadi orang yang istiqomah, kita bisa memulainya
dengan mengerjakan amal kebaikan
yang paling sederhana. Dalam berdzikir misalnya, kita biasakan membaca
istighfar dalam jumlah yang sedikit dulu. Memang, Rasulullah Saw. menyarankan
agar kita membaca istighfar paling sedikitnya seratus kali setiap hari. Tetapi
jumlah itu pada dasarnya harus dikerjakan secara istiqomah, bukan hanya sekali
waktu saja.
Nah,
bagi yang baru akan memulai cobalah melakukannya dengan sederhana dulu. Dimulai
dengan membaca istighfar sejumlah dua puluh kali secara konsisten dan setelah
itu ditingkatkan sampai akhirnya sesuai dengan jumlah yang disarankan
oleh Rasulullah tersebut.
Sekali
lagi, istiqomah itu merupakan hal yang sangat besar nilainya. Karena itu,
diperlukan tahapan-tahapan yang dimulai dari hal-hal kecil untuk bisa
mencapainya. Sangat sulit seseorang bisa istiqomah dalam mengerjakah amal-amal
yang besar tanpa dilalui dengan istiqomah mengerjakan amal-amal yang kecil dan
sederhana
Bertahap dalam beramal. Dalam
artian, ketika menjalankan suatu ibadah, kita hendaknya memulai dari sesuatu
yang kecil namun rutin. Bahkan sifat kerutinan ini jika dipandang perlu, harus
bersifat sedikit dipaksakan. Sehingga akan terwujud sebuah amalan yang rutin
meskipun sedikit. Kerutinan inilah yang insya Allah menjadi cikal bakalnya
keistiqamahan. Seperti dalam bertilawah Al-Qur’an, dalam qiyamul lail dan lain
sebagainya; hendaknya dimulai dari sedikit demi sedikit, kemudian ditingkatkan
menjadi lebih baik lagi.
2.
Bargaul Dengan Orang-Orang Yang Konsisten
Pergaulan
sejatinya dapat menyebabkan dua pengaruh bagi kehidupan seseorang. Bergaul
dengan orang yang bijak kemungkinan besar akan ikut bejat. Sementara, bergaul
dengan orang yang baik-baik kemungkinan besar juga akan menjadi ikut baik. Jika
kita ingin belajar menjadi orang yang istiqomah, cara yang juga biaa kita
lakukan adalah bergaul dengan orang-orang yang memang sudah terkenal konsisten
dan istiqomah.
Banyak
bergaul dengan orang-orang seperti itu membuat kita jadi termotivasi untuk
meniru dan mengikuti sikap konsistensi mereka. Setidaknya, dengan bergaul
bersama orang-orang yang istiqomah kita secara tidak langsung akan selalu
mendapat pelajaran penting betapa berharganya menjaga sikap istiqomah itu.
Istiqamah juga akan sangat terbantu
dengan adanya amal jama’i. Karena dengan kebersamaan dalam beramal islami, akan
lebih membantu dan mempermudah hal apapun yang akan kita lakukan. Jika kita
salah, tentu ada yang menegur. Jika kita lalai, tentu yang lain ada yang
mengnigatkan. Berbeda dengan ketika kita seorang diri. Ditambah lagi, nuansa
atau suasana beraktivitas secara bersama memberikan ‘sesuatu yang berbeda’ yang
tidak akan kita rasakan ketika beramal seorang diri.
3.
Segarkan Niat dengan Terus
Mencoba Berbuat
Niat
merupakan faktor urgen dalam melakukan tiap-tiap perbuatan. Bahkan, menurut
Rasulullah Saw.setiap perbuatan (baik) itu semuanya tergantung pada niatnya. Kita
akan memperoleh hasil dari perbuatan yang kita lakukan sesuai dengan niat yang
kita harapkan di dalamnya. Jika satu perbuatan yang baik kita niatkan untuk
memperoleh ridha Allah, maka kita akan mendapatkan sebagaimana yang kita
niatkan. Demikian seterusnya.
Untuk
menjadi orang yang istiqamah, tentu kita
harus memiliki niat yang kuat untuk itu. Tanga niat yang kuat, kita tidak akan
termotivasi untuk berbuat. Karena itu, berniat menjadi orang yang istiqomah
harus diikuti dengan perbuatan yang nyata serta
dimulai dari perbuatan yang ringan dan sederhana.
Di
tengah perjalanan, niat kita akan teruji dengan adanya hambatan atau rintangan.
Nah, di saat-saat seperti itulah, niat perlu mendapatkan penyegaran. Salah satu
bentuk penyegaran itu adalah dengan terus memaksakan diri mencoba melakukan apa
yang sedari awal kita niatkanuntuk istiqomah mengerjakannya. Jangan sekali-kali
meninggalkan satu perbuatan yang kita niatkan untuk istiqomah melakukannya. Sebab,
biasanya, sikap yang demikian akan lebih mudah melalaikan kita dari apa yang
kita cita-cita sebelumnya.
4.
Banyak Membaca
Tentu
saja, bacaan yang harus diutamakan adalah banyak membaca al-Qur'an dan juga
hadits Nabi, yang keduanya mengandung informasi mengenai apa balasan yang
dijanjikan Allah kepada orang-orang yang istiqomah.
Bukan sekadar membaca, namun juga merenungkan dan menghayati ujaran demi ujaran
soal istiqomah yang terdapat dalam al-Qur'an dan hadits sehingga menumbuhkan
motivasi yang tinggi untuk bersikap istiqomah.
Selain
itu, membaca kisah-kisah orang yang istiqomah juga perlu dilakukan guna
menambah referensi, wawasan, dan juga inspirasi yang menjadikan
kita selalu termotivasi untuk istiqarnah. Saat
ini, mungkin bukan hal yang sulit untuk mencari
bacaan-bacaan seputar istiqomah. Barangkali
yang masih menjadi kesulitan kita adalah keinginan untuk belajar dan juga
istiqomah untuk belajar.
Basyr
bin Al-Harits al-Haft berkata, “Betapa banyak manusia yang telah mati (yaitu
orang-orang yang shalih) membuat hati menjadi hidup karena mengingat mereka
(membaca riwayat mereka). Namun, sebaliknya, ada manusia yang masih hidup (yaitu orang-orang fasik) membuat hali ini
mati karena melihal mereka'
5.
Banyak Berdoa Kepada Allah
Dari
sekian upaya tadi, hal penting lain yang tidak boleh kita lupakan adalah berdoa
kepada Allah. Banyak berdoa agar kita dijadikan sebagai orang yang istiqomah
membuat hati kita terus ingat dengan niat dan cita-cita kita, yakni 'cita-cita
menjadi orang yang istiqomah.
Di
dalam al-Qur'an, terdapat beberapa doa yang berisi permohonan agar kita
dijadikan sebagai manusia yang konsisten, teguh pendirian, dan istiqomah.
Memperbanyak berdoa kepada Allah,
agar kita semua dianugerahi sifat istiqamah. Karena kendatipun usaha kita,
namun jika Allah tidak mengizinkannya, tentulah hal tersebut tidak akan pernah
terwujud.
6.
Memahami Hakikat Ibadah
Istiqamah juga akan dapat terealisasikan, jika
kita memahami hikmah atau hakekat dari ibadah ataupun amalan yang kita lakukan
tersebut. Sehingga ibadah tersebut terasa nikmat kita lakukan. Demikian juga
sebaliknya, jika kita merasakan ‘kehampaan’ atau ‘kegersangan’ dari amalan yang
kita lakukan, tentu hal ini menjadikan kita mudah jenuh dan meninggalkan ibadah
tersebut.
7.
Diperlukan
adanya kesabaran.
Karena untuk melakukan suatu amalan
yang bersifat kontinyu dan rutin, memang merupakan amalan yang berat. Karena
kadangkala sebagai seorang insan, kita terkadang dihinggapi rasa giat dan
kadang rasa malas. Oleh karenanya diperlukan kesabaran dalam menghilangkan rasa
malas ini, guna menjalankan ibadah atau amalan yang akan diistiqamahi.
8. Ikhlas
Mengikhlaskan niat semata-mata hanya
mengharap Allah dan karena Allah SWT. Ketika beramal, tiada yang hadir dalam
jiwa dan pikiran kita selain hanya Allah dan Allah. Karena keikhlasan merupakan
pijakan dasar dalam bertawakal kepada Allah. Tidak mungkin seseorang akan
bertawakal, tanpa diiringi rasa ikhlas.
9.
Muraqabah
Muraqabah
adalah perasaan seorang hamba akan kontrol ilahiah dan kedekatan dirinya kepada
Allah. Hal ini diimplementasikan dengan mentaati seluruh perintah Allah dan
menjauhi seluruh larangan-Nya, serta memiliki rasa malu dan takut, apabila
menjalankan hidup tidak sesuai dengan syariat-Nya.
“Dialah
yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di
atas ‘arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar
daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan
Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.” (QS. al-Hadiid/57 : 4)
Rasulullah
saw. bersabda-ketika ditanya tentang ihsan, “Kamu beribadah kepada Allah
seolah-olah kamu melihat-Nya, dan apabila kamu tidak melihat-Nya, sesungguhnya
Dia melihat kamu.” (HR al-Bukhari)
10.
Mu’ahadah
Mu’ahadah
yang dimaksud di sini adalah iltizamnya seorang atas nilai-nilai kebenaran
Islam. Hal ini dilakukan kerena ia telah berafiliasi dengannya dan berikrar di
hadapan Allah SWT.
Ada
banyak ayat yang berkaitan dengan masalah ini, diantaranya adalah sebagai
berikut.
“Dan
tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu
membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah
menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya
Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.” (QS. an-Nahl/16 :
91)
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. al-Anfaal/8 :
27)
11.
Muhasabah
Muhasabah
adalah usaha seorang hamba untuk melakukan perhitungan dan evaluasi atas
perbuatannya, baik sebelum maupun sesudah melakukannya. Allah berfirman;
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. al-Hasyr/59 : 18)
“Orang
yang cerdas (kuat) adalah orang yang menghisab dirinya dan beramal untuk hari
kematiannya. Adapun orang yang lemah adalah orang yang mengekor pada hawa nafsu
dan berangan-angan pada Allah.” (HR. Ahmad)
Umar
bin Khattab ra berkata, “Hisablah dirimu sebelum dihisab, dan timbanglah amalmu
sebelum ditimbang ….”
12.
Mu’aqabah
Mu’aqabah
adalah pemberian sanksi oleh seseorang muslim terhadap dirinya sendiri atas
keteledoran yang dilakukannya.
“Dan
dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang
yang berakal, supaya kamu bertakwa.” (QS. al-Baqarah
(2) : 179)
Generasi
salaf yang soleh telah memberikan teladan yang baik kepada kita dalam masalah
ketakwaan, muhasabah, mu’aqabah terhadap diri sendiri jika bersalah, serta
contoh dalam bertekad untuk lebih taat jika mendapatkan dirinya lalai atas
kewajiban. Sebagaimana disebutkan dalam beberapa contoh di bawah ini.
Dalam
sebuah riwayat disebutkan bahwa Umar bin Khaththab ra pergi ke kebunnya. Ketika
ia pulang, maka didapatinya orang-orang sudah selesai melaksanakan Shalat
Ashar. Maka beliau berkata, “Aku pergi hanya untuk sebuah kebun, aku pulang
orang-orang sudah shalat Ashar! Kini, aku menjadikan kebunku sedekah untuk
orang-orang miskin.”
Ketika
Abu Thalhah sedang shalat, di depannya lewat seekor burung, lalu beliau pun
melihatnya dan lalai dari shalatnya sehingga lupa sudah berapa rakaat beliau
shalat. Karena kejadian tersebut, beliau mensedekahkan kebunnya untuk
kepentingan orang-orang miskin, sebagai sanksi atas kelalaian dan ketidak
khusyuannya.
13. Mujahadah (Optimalisasi)
Mujahadah
adalah optimalisasi dalam beribadah dan mengimplementasikan seluruh nilai-nilai
Islam dalam kehidupan.